Minggu, 10 Februari 2013

Sel Darah Putih (Leukosit)


Sel Darah Putih (Leukosit)

Sel Lekosit berwarna bening, bentuknya lebih besar dari sel darah merah (eritrosit) namun jumlahnya lebih sedikit yaitu dalam 1mm3 terdapat 6000-9000 sel darah putih. Sel ini berisi sebuah inti yang berbelah banyak dan protoplasmanya berbulir. Karena itu disebut sel berbulir (granulosit); Kekurangan granulosit disebut granulasitopenia. Tidak adanya granulosit disebut Agranulositosis yang dapat timbul setelah makan obat tertentu termasuk juga beberapa antibiotik.

Granulosit juga memunyai enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringa hidup, menghancurkan dan membuangnya. Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhan dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dpat dihentikan sama sekali. Bila kegiatanya tidak berhenti  dengan baik, maka dapat terbentuk nanah. Nanah (pus) berisi  “jenazah” dari kuman. Fagosit yang terbunuh dalam perjuanganya melawan kuman yang menyerbu masuk, disebut sel nanah  (pus).

Demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu, dan ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang telah mencair. Serya pertempuran berlangsung, jika leukosit dapat mengalahkan organisme penyerbu itu, maka semua bekas kerusakan, bakteri-bakteri baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, sel nanah dan jaringan yang meleleh akan disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.

Apakah fungsi sel darah putih itu?
Leukosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan terhadap kuman-kuman penyakit. Dengan kemampunanya sebagai fagosit (Fago artinya saya makan), mereka memakan bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah. Pada watu menjalankan fungsi ini, mereka disebut fagosit. Dengan kekuatan gerakan amubuidnya ia dapat bergerak bebas di dalam dan  keluar pembuluh darah serta berjalan mengitari seluruh bagian tubuh.
Dengan cara ini ia dapat :
1.       Mengepung daerah yang terinfeksi.
2.       Menagkap kuman-kuman dan membombardirnya.
3.       Menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran.

Pada sifat fagositosis ini terdapat dua penggolongan besar, yaitu :
1.       Makrofagus, dapat memakan makhluk yang lebih besar dari padanya.
2.       Mikrofagus, dapat memakan makhluk yang lebih kecil dari padanya, msalnya sel darah putih terhadap jasad renik  (mikroba).

Jenis Sel darah putih Agranulosit :
·         Monosit

Bersifat fagosit dan motil dengan inti bulat panjang, mampu mengadakan gerak amoboid. Nilai normal dalam darah 2%-8%.
·         Limfosit

Tidak motil, inti satu, berfungsi untuk kekebalan. Limfosit membentuk 25% dari seluruh jumlah sel darah putih. Sel ini dibentuk di dalam kelenjar limfa dan dalam sumsum tulang. Selain itu dibagi lagi menjadi limfosit besar dan kecil. Nilai normal dalam darah 20%-40%.
Jenis Sel darah putih Granulosit :
·         Basofil

Sel ini tidak sering dijumpai, bentuk dan ukuranya menyerupai netrofil, sitoplasmanya mengandung granula bulat besar, berwarna biru tua, inti tertupi oleh granula kasar dan kadang dijumpai adanya vakuola kecil pada sitoplasma. Nilai normal dalam darah 0%-1%.
·        
Netrofil Staf






                                                                                                                           



Berdiameter 10-15 miro meter, inti membentuk huruf C atau S dan memunyai granula yang halus & tidak menutupi inti. Nilai normal dalam darah 2%-6%.
·         Netrofil Segmen
http://drdjebrut.files.wordpress.com/2009/12/netrofil-segmen1.jpg
Berdiameter 10 – 15 mikron, inti berlobus dan memiliki granula yang halus, nilai normal dalam darah50%-70%.
·         Eosinofil
http://drdjebrut.files.wordpress.com/2009/12/eosinofil.jpg
Memunyai diameter sekitar 10-15 mikron. Memiliki inti yang berlobus, granula bulat besar berwarna merah/jingga. Sitoplasmanya dipenuhi granula besar dan sitoplasmanya berwarna merah. Nilai normal dalam darah 1%-3%.

Kamis, 07 Februari 2013

Sel Darah Merah


Sel Darah Merah

Bentuk sel-sel darah merah ini seperti cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga bila dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang sedang bertolak belakang, sel darah merah tidak berinti. Dalam setiap 1 mm3 terdapat kira-kira 5 juta buah sel darah merah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma yang berisi massa haemoglobin.

Sel darah merah dibuat di dalam sum-sum tulang, terutama dari tulang pendek yang pipih dan tidak beraturan, jaringan kanselus pada ujung tulang pipa, dari sum-sum dalam batang iga-iga dan dari sternum. Perkembangan sel darah merah pada sum-sum tulang memiliki beberapa tahap ; mula-mula besar dan berisi inti (nukleus), tidak mengandung haemoglobin dan akhirnya kehilangan intinya, barulah diedarkan didlalam peredaran darah.



Rata - rata umur sel darah merah sekitar 120 hari. Sel darah merah menjadi rusak dan dihancurkan  dalam sistem retikulom endotelium terutama dalam limpa hati. Globin dan haemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan dan zat besi (Fe) dalam hem dari haemoglobin dikeluarkan untuk dibuang dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari haemoglobin di ubah menjadi bilirubin dan biliverdin, yaitu yang berwarna kehijaun yang dapat dilihat pada perubahan warna haemoglobin yang rusak pada luka memar.

Bila terjadi perdarahan, maka sel darah merah dengan haemoglobinya sebagai pembawa oksigen akan hilang. Pada perdarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya. Tetapi bila kadar haemoglobin turun hingga 40%, maka diperlukan proses transfusi darah. Haemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Protein mempunyai daya gabung terhadap oksigen dan dengan oksigen membentuk oksihemoglobin dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini, maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan. Jumlah haemoglobin normal kira-kira 15 gram setiap 100ml darah.

Dalam berbagai bentuk anemia, jumlah haemoglobin dalam darah berkurang. Pada anemia yang sangat parah kadar itu bisa dibawah 30% atau 5 gram / 100 ml. karena haemoglobin mengandung zat besi yang diperlukan untuk bergabung dengan oksigen, maka dapat dimengerti bahwa pasien semacam itu memperlihatkan gejala kekurangan oksigen seperti nafas pendek. ini adalah gejala utma anemia kekurangan zat besi.